Senin, 24 Desember 2012

Disaat Aku Mengabaikannya


Satu semester di kelas IX sudah ku lalui. Dan sekarang lima semester yang sudah aku lewati di masa2 SMP. Walau ada rasa sakit. Tapi aku berusaha mengobati. Mengobatinya dengan menutupi segala rasa sakit dengan senyum. Walau itu susah, tapi aku terus berusaha.

Pagi itu, embun menempel pada rumput yang usai ku tanam tempo hari. Hari ini cukup cerah, udara juga cukup sejuk. Semoga ini hari ini menandakan hasil akhir semesterku bagus. Doaku dalam hati. Terdengar dari kejauhan suara ibuku yang lengking menyadarkan aku ketika aku memandang rumput tadi. Ah iya, sekarang waktunya pergi kesekolah.
Dengan berbekal diri serta handphone dan akhirnya aku tiba dikelas. Perasaan yang aku rasakan sudah tak enak. Tapi aku abaikan saja. Setelah beberapa menit mengobrol dengan teman satu kelas, entah itu tentang film, nilai ataupun sebagainya kini hatiku yang terasa tidak enak setelah mendengar bel masuk. Dan kini ku coba untuk kedua kalinya untuk mengabaikannya lagi. Dan aku berhasil.
Tak lama kemudian, wali kelas kami datang. Tiga langkah, dua langkah, satu langkah dan akhirnya! Ia berhasil masuk kelas dengan keadaan selamat dan lengkap membawa hasil nilai anak didiknya. Sebelum membagikan hasil ke masing2 siswa. Didahulukannya siapa yang telah berhasil meraih bintang kelas satu sampai tiga. Tidak usah berfikir panjang bagiku. Karna aku sudah yakin jika aku belum bisa meraih bintang kelas. Dan selamat bagi yang mendapatkannya:) usai memberitahu juara bintang kelas. Rapot pun segera dibagikan sesuai nomer absen. Sambil menunggu absen, akupun bertanya2 dapat ranking berapa dengan teman2ku. Tak menunggu waktu yang cukup lama. Dan kini namaku dipanggil dan aku harus mengambilnya. Ketika ku berjalan mendekati meja guru. Akhirnya aku lihat tulisan 'peringkat ke' dan apa! Tak sengaja ku lontarkan kata2 tersebut dihadapan teman2. Ranking yang sudah pernah ku dapatkan sejak kelas VIII dan ku dapatkannya lagi. Angka sial. Ya angka sial yang selalu aku dapatkan.
Setelah keluar kelas, aku bertemu dengan temanku dilain kelas. Kebanyakan aku lihat mereka dapat hoki dibanding aku yang ketiban sial. Aku menanyakan temanku meraih ranking berapa dan ia juga bertanya balik denganku. Ketika ia balik menanyakan kepadaku, dan kini perasaanku tak bisa ku abaikan lagi. Dan aku menangis sedih. Seketika itupun temanku hanya bisa mengatakan sabar ya gek. Kini kuhapus air mataku dipipi setelah ku lihat ibuku menjemputku diseberangan sana.
Gimana? Kok nangis? Ibuku bertanya Kok gak jawab? Kok nangis? Kenapa? Jelek hasilnya? Sudah dua kali ibuku menanyakan dan akupun menjawabnya tersendat2 iyaa jelek. Ngapain nangis? Gak usah nangis segitu kemampuanmu yang penting nilainya naik. Kata2 yang telah diucapkan ibuku semakin membuat aku sedih. Semakin lama dan aku semakin bersyukur apa yang sudah ku dapatkan. Karna aku percaya. Tuhan adil kepada umatnya. Mungkin belum saatnya. Someday. Thanks Mom and Thanks God. U're everything!♥​

Minggu, 09 Desember 2012

Close Friend in December

Perasaan dari dulu aku broken heart mulu. Gak tau gara2 aku atau emang enggak ada kecocokan diantara orang tua, teman, sabahat, dia dan yang paling sering itu nilai sekolah yang abal2 bikin aku broken juga. Kalo broken sama sahabat cewek aku udah biasa. Soalnya mereka sangat berbeda pendapat sama aku. Atau juga berlagak sok pintar alangkah si Gayus Tambunan yang gak ngaku korup uang milik negara. Mungkin kali ini aku ngebahasnya hal yang beda. Dimana aku juga baru merasakannya.
-
Aku kenal sahabat cowok aku dari kelas delapan semester dua kalo gak salah. Pertamanya sih biasa2 aja kenalan sama dia. Soalnya aku orangnya dulu cuek, jadinya kalo kenalan sama temen yang baru kenal aku gak urus gitu dia mau ngomong apa. Gak tau kenapa pas temen aku ngasi tau bahwa aku dan sahabat cowok aku ternyata satu kelas. Hm yaudah deh. Aku mintanya duduk gak jauh dari dia.  Lama kelamaan kita semakin deket untuk menjalani persahabatan. Aku juga sering curcor sama dia. Tapi sayangnya dia kadang2 nanggepin kadang enggak. Yang enggak itu buat aku kesel aja. Tapi aku anggap aja angin lalu, soalnya hubunganku sama siDia (gebetan)biasa2 aja. Lurus tidak ada belokan dan jalan buntu *amin*.
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan tlah aku lewati suka duka dengan temen2 sekelas. Mungkin inilah yang aku dan temen2 akan jalani sama2. Yaitu ulangan umum bersama. Biasalah. Jadwal pertama itu angka2 yang hanya memakai logika. Dan aku ketahui dan maklumi. Aku tidak terlalu paham. Yasudah deh besok aku KS(kerjasama) dengan sahabat cowokku.
wOw!!!! Soalnya amazing! Awesome! Aku cuma bisa jawab 20 dari 40 soal. Dan belum tentu juga yang 20 itu bener semua. Ya terpaksa, tanya temen kesana kemari kayak cacing kepanasan. Pas menit ke 15 aku baru kerjain yang mana aku tau. Nah, mumpung pengawas pergi, aku coba sms  sahabat cowokku. Dan..... Dia juga enggak tau! Dimana lagi aku cari jwbannya coba? Udah nomer urut 02 ngumpulnya duluan. Pas aku mau kumpul LJK. Temen2 baru kasi tau aku jawaban yang bener. Yah. Nyesek banget. Dari selesai ulangan hari pertama, aku duduk dikursi meja belajar bengong mentengin soal2 yang gak karuan. Sikapku yang kayak gini, kayak orang lagi patah hati aja. Patah hati gara2 gak bisa kerjain soal matik.
Disenja hari, aku pun SMSan dengan sahabat cowokku. Dan aku bilang
'Tadi aku gak bisa jawab soal matiknya'
'Kok gak tanya aku?'
'Kamu banyak yang gak tau, udah gak ada waktu buat perbaiki lagi'
'Iya, tadinya aku masih hitung:( maaf ya'
'Ya gpp'
Isi pesan itupun berlangsung lama, enggak tau kenapa. Tiba2 aku galau mikirin soal matik itu lagi! Dan menurutku dia juga ngerasain kegalauanku. Atau kasian sama aku yang bodoh enggak bisa ngerjain soal itu? Atau..... DRAMA:)? Dan akhirnya aku putuskan untuk tidur dan tidak belajar untuk hari esok. Itupun aku juga tidak menyempatkan waktu untuk  DM Twitter sama siDia. Soalnya udah terlalu galau(?) Pedih dan air matapun menggenang tanpa permisi, dan selamat. Ia pertama kali buat aku galau. Tidak usah dipikirkan. Dan goodnight.
-
Gara2 kedenger lagu Le O Le O by Agnes Monica, itu buat aku bangun dari tidur galauku. Aku buka pesan dari sahabat cowokku
'Morning:)'
Dan... Terpaksa aku gak bales. Terlalu pedih buuat aku bales. Dan sampai disekolah pun rasanya aku gak bisa cuek sama dia. Walaupun rasa keinginan cuek sama dia udah memuncak, sekali lagi aku tetep enggak bisa cuek. Yaudah, aku cari temen lain aja.
Mungkin aku terlalu egois sama sahabatku, yah, aku coba sms dia aja. Untuk bilang terimakasih atas jawaban penjasorkes. Awalnya sih fine. Tapi akhirnya terulang kembali.
Cukup sudah. Aku muak. Aku akui ini hal yang baru pernah kualami dari dirinya.  Mungkin dibalik perasaan sebagai sahabat aku mempunyai perasaan lain - Ag